Bila
berbiacara mengenai komunikasi,tak jauh dari pembahasan mengenai hubungan
antara individu yang berusaha untuk saling bertukar informasi guna menambah
pengetahuan dan pengalaman mereka.Dalam bahasan ini dibahas tentang komunikasi
dan kepemimpinan,terutama dalam komunikasi organisasi,dalam sebuah organisasi
harus ada komunikasi yang baik antar bawahan dan atasan agar keseimbangan dalam
organisasi berjalan dengan baik.
Untuk memahami kepemimpinan perlu
dibedakan terlebih dahulu antara pemimpin dan kepemimpinan.Miftha Thoha dalam
bukunya Perilaku Organisasi (1983:255)
mengatakan bahwa pemimpin adalah seseorang yang memiliki kemampuan
memimpin,artinya memiliki kemampuan untuk memengaruhi orang lain atau kelompok
tanpa mengindahkan bentuk alasannya.Kemudian Robert Tanembaum mendefinisikan
pemmpin adalah mereka yang menggunakan wewenang formal untuk
mengorganisasikan,mengarahkan,mengontrol para bawahan dan bertanggung jawab
supaya semua bagian pekerjaan dikoordinasi demi mencapai tujuan perusahaan.
Sementara itu,menurut Tead ; Terr ;
Hoyt (dalam kartono,2003) pengertian kepemimpinan adalah kegiatan atau seni
memengaruhi orang lain agar mau bekerja sama yang didasarkan pada kemampuan
orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang
diinginkan kelompok.Dengan kata lain,kepemimpinan adalh sifat penerapan
pengaruh oleh seorang anggota kelompok atau organisasi terhadap anggota lainnya
guna mendorong kelompok atau organisasi mencapai tujuan-tujuannya.Kepemimpinan
merupakan proses memengaruhi dalam “menentukan organisasi,”memotivasi perilaku
pengikut untuk mencapai tujuan,mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan
budayannya (Rivai,2005).Kepemimpinan telah didefinisikan sebagai proses
memengaruhi aktivitas seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan dalam
situasi tertentu. Dua peran penting yang terkandung dalam kepemimpinan yaitu :
1.
Menyelesaikan tugas,artinya
tujuaan utama dibentuknya kelompok di bawah pemimpin.Para pemimpin harus
memastikan bahwa tujuan kelompok akan tercapai.
2.
Menjaga hubungan yang
efektif,yaitu hubungan antara pemimpin dengan anggota kelompoknya maupun
hubungan antarkelompok.
Kemampuan manajerial seorang pemimpin
yang tampak dalam merencanakan,menggerakkan,mengoordinasikan,dan
mengawasi serta mengendalikan kegiatan dilingkungan organisasi amat dipengaruhi
oleh perilaku pemimpin sebagai kegiatan nyata pemimpin dalam jabatan yang
sedang diemban olehnya.
Seorang pemimpin harus memiliki
keterampilan manajemen (manajerial skill)
maupun keterampilan teknis (technical
skill).Semakin rendah kedudukan teknis
pemimpin dalam organisasi semakin tinggi keterampilan
teknisnya.Aktivitas yang dijalankan adalah aktivitas ang bersifat
operasional.Semakin tinggi kedudukan seorang pemimpin dalam suatu
organisasisemakin menonjol keterampilan manajemen adapun aktivitas yang
dijalankan adalah yang bersifat konsepsional.
B.
PENDEKATAN GAYA KEPEMIMPINAN
Pendekatan gaya kepemimpinan menekankan
pada perilaku seorang pemimpin.Ia berbeda dengan pendekatan sifat yang menekankan pada karakteristik pribadi
pemimpin,juga berbeda dengan pendekatan
keahlian yang menekankan pada kemampuan administrative pemimpin.Pendekatan
gaya kepemimpinan berfokus pada apa benar-benar dilakukan oleh pemimpin dan
bagaimana cara mereka bertindak.Pendekatan ini juga memperluas kajian
kepemimpinan dengan bergerak kearah tindakan-tindakan pemimpin terhadap anak
buah di dalam aneka situasi.
Pendekatan ini
menganggap kepemimpinan apapun selalu menunujukkan dua perilaku umum :
1.
Perilaku kerja (memfasilitasi
tercapainya tujuan mereka membantu anggota kelompok mencapai tujuannya).
2.
Perilaku hubungan (membantu
bawahan untuk merasa nyaman baik dengan diri sendiri,dengan orang lain,maupun
dengan situasi di mana mereka berada .
Tujuan utama pendekatan gaya kepemimpinan adalah menjelaskan bagaimana pemimpin
mengombinasikan kedua jenis dalam upayanya mencapai tujuan organisasi.
Ada
beberapa pendekatan mengenai gaya kepemimpinan yaitu sebagai berikut :
1. Pendekatan Kisi
Kepemimpinan Tim
Salah satu pendekatan gaya kepemimpinan
yang paling banyak didiskusikan adalah yang dikemukakan oleh Robert R.Blake dan
Jane S. Mouton (1981),yang semula disebut kisi eksekutifal (managerial grid )
tapi kini disebut kisi kepemimpinan (tahun 1991). Kisi ini berasal dari hal-hal
yang mendasari perhatian eksekutif.Perhatiannya
pada tugas atau pada hal-hal yang telah direncanakan untuk diselesaikan oleh
organisasi yang memengaruhi mereka.
Gaya
kepemimpinan Blake dan Mouton tersebut lebih jelasnya dapat dijelaskan sebagai berikut:
·
Gaya Taat Otoritas
(Authority-Compliance)
Gaya ini menggambarkan pemimpin yang
dikendalikan oleh pencapaian hasil atau target,dengan sedikit atau bahkan tidak
ada perhatian pada manusia kecuali dalam rangka keterlibatan mereka dalam
menyelesaikan pekerjaan.Komunikasi pemimpin dengan pengikutnya terbatas dan
diadakan sekadar untuk memberi instruksi pekerjaan.
Gaya Country-club menggambarkan pemimpin
dengan perhatian tinggi pada orang,tetapi rendah perhatiannya pada hasil atau
produksi.Pemimpin ini focus pada pemenuhan kebutuhan pekerjaan sebagai
manusia dan penciptaan lingkungn yang
kondusif dalam pekerjaan.
·
Gaya Pengalah (Impoverished
Style Management)
Gaya lemah menggambarkan pimpinan yang
punya sedikit perhatian baik atas orang ataupun produksi.pemimpin bergaya ini
berlaku sebagai pemimpin,tetapi sesungguhnya terasing dan tidak melibatkan diri
dalam organisasi.
·
Gaya Jalan Tengah (Middle of
the road style management)
Gaya jalan tengah menggambarkan pemimpin
yang kompromistik,yang punya perhatian menengah atas pekerjaan dan perhatian
tengah atas orang-orang yang melakukan pekerjaan.
·
Gaya Tim (Team Style Management)
Gaya manajemen tim memberi tekanan
seimbang,baik pada pekerjaan ataupun hubungan antarpersonal.Gaya ini mendorong
derajat partisipasi dan kerja tim yang tinggi di dalam organisasi sehingga
mampu memuaskan kebutuhan dasar pekerja agar mereka tetap merasa terlibat dan
punya komitmen kuat dalam pekerjaannya.
2. Pendekatan Gaya
Situasional
Pendekatan Gaya
situasional dikembangkan oleh Paul Hersey dan Kenneth H. Blanchard pada tahun
1969. Pendekatan kepemimpinan
situasional fokus pada fenomena kepemimpinan di dalam suatu situasi unik.
Premis dari pendekatan ini adalah perbedaansituasi membutuhkan gaya
kepemimpinan yang berbeda.
Pendekatan
kepemimpinan situasional menekakan bahwa kepemimpinan terdiri atas dimensi
arahan dan dimensi dukungan.
Kepemimpinan
situasional menyediakan empat pilihan gaya kepempinan, yaitu :
1.
Pemberitahuan (Telling)
Gaya Pemberitahuan adalah gaya kepemimpinan yang selalu memberikan
instruksi yang jelas, arahan yang rinci, serta mengawasi pekerjaan dari jarak
dekat.
Gaya Partisipasif adalah gaya kepempinan
yang menyediakan pengarahan, mengupayakan komunikasi dua-arah dan membantu
membangun motivasi dan rasa percaya diri pekerja.
3.
Partisipatif (Participating)
Gaya Partisipatif adalah gaya pemimpin
yang mendorong pekerja untuk saling berbagi gagasan dan sekaligus memfasilitasi
pekerjaan bawahan dengan semangat yang mereka tunjukkan.
4.
Pendelegasian(Delegating)
Gaya pendelegasian adalah gaya
kepemimpinan yang cenderung mengalihkan tanggungjawab atas proses pembuatan
keputusan dan pelaksanaannya.
3.Pendekatan
Kepemimpinan Tim
Di
dalam sebuah tim, fungsi utama kepempinan adlah berupaya mencapai tujuan
oganisasi(tim) secara kolektif, bukan individual. Tim umumnya memiliki seorang
pemimpinan yang telah ditentukan.
Kepemimpinan
di dalam tim umumnya digariskan ke daftar serangkaian keputusan utama yaitu
sejumlah kondisi yang menentukan kapan dan bagaimana seorang pemimpinbaru ikut
campur guna meningkatkan fungsi tim. Pertimbangan pertama apakah lebih baik
meneruskan pengamatan dan memonitoring tim ataukah mengintervensi kegiatan tim
dengan mengambil tindakan. Pertimbangan kedua, apakah intervensi yang dilakukan
lebih kepada tugas yang tengah dilaksanakan ataukah dalam konteks hubungan yang
dengan anggota tim lain. Pertimbangan ketiga apakah intervensi sebaiknya
dilakukan pada tingkat internal (di dalam tim itu sendiri) atau eksternal
(dilingkungan sekeliling tim).
Tindakan
yang juga umum diambil dalam kepemimpinan tim terbagi menjadi dua : internal
dan eksternal. Tindakan internal artinya adalah tindakan yang dilakukan di
dalam tim itu sendiri, yang terdiri atas tugas dan hubungan. Tindakan eksternal
artinya tindakan yang dilakukan pada lingkungan sekeliling tim. Tindakan
kepemimpinan dalam tugas internal terdiri atas model yang dilakukan pemimpin
untuk meningkatkan kinerjanya, yaitu:
1.
Fokus pada hasil (menjelaskan,
mempeoleh persetujuan)
2.
Merinci hasil (perencanaan,
pemvisian, pengorganisasian, penjelasan peran, dan pendelegasian wewenang)
3.
Pemfasilitasian proses
pembuatan keputusan (penginformasian, pengendalian, pengkoordinasian,
pemedisan, pensintesisan, dan pemfokusan pada masalah)
4.
Pelatihan anggota tim
sehubungan keahlian yang dibutuhkan dalam pekerjaannya (pendidikan
pengembangan)
5.
Pemeliharaan standar prima
(penilaian tim dan kinerja individual, pebahasan kinerja yang tidak sesuai).
Tindakan hubungan dalam konteks internal
dibutuhkan untuk meningkatkan skill interpersonal anggota tim sekaligushubungan
yang terjalin di dalam tim. Tindakan dalam konteks ini terdiri atas :
a.
Pelatihan untuk meningkatkan
skill interpersonal
b.
Penguatan kerjasama diantara
anggota tim.
c.
Pengelolaan konflik agar
konflik tetap ada di tataran intelektual, bukan pribadi.
d.
Penguatan komitmen tim.
e.
Pemutusan kepercayaan dan dukungan
yang dibutuhkan oleh anggota tim.
f.
Bertindak fair dan konsisten
dalam perilaku-perilaku yang bersifat prinsipil.
Tindakan kepemimpinan eksternal adalah
tindakan yang dibutuhkan untuk menjaga tim agar terlindung dari dampak
lingkungan eksternal,tetapi disaat sama, mempertahankan hubungan tim dengan
lingkungan eksternal. Termauk ke dalam tindakan ini adalah :
a.
Memperoleh akses atas informasi
demi membangun aliansi eksternal.
b.
Membantu tim yang telah terkena
pengaruh lingkungan.
c.
Bernegosiasi dengan manajemen
senior seputar pengakuan, dukungan, dan sumber daya yang perlu bagi
kelangsungan tim.
d.
Perlindungan anggota tim dari
penetrasi lingkungan internal organisasi maupun eksternal organisasi.
e.
Melakukan pengujian
atsindikator efektivitas yang berasal dari lingkungan eksternal, misalnya
survei kepuasan pelanggan.
f.
Menyediakan informasi dari luar
yang dibutuhkan oleh anggota tim.
4.
Kepemimpinan Transformasional
Konsepsi kepemimpinan transformasi onal
pertama kali dikemukakan oleh James McGregor Burns yang menerapkannya dalam
konteks politik dan selanjutkan ke dalam konteks organisasional oleh Bernard
Bass. Dalam kaitannya dengan kepemimpinan transformasional, Bernard Bass (stone
2004) mengatakan sebagai berikut:
“Transformational
leaders transform the personal values of followers to support the vision and
goals of the organization by fostering an environtment were relationship can be
formed and by estabilishing a climate of trust in which visions can be shared.”
Selanjutnya secara operasional
Bernard Bass (Gill, 2010) memaknai kepemimpinan transformasional sebagai
berikut : “Leadership and performance beyond expectations”. Sedangkan Tracy and
Hinkin (Gill, 2010) memaknai kepemimpinan transformasional sebagai berikut :
“The
process of influncing major changes in the attitudes and assumptions of
organization members and building commitment for the organization’s mission or
objectives”.
“Proses memengaruhi perubahan
besar dalam sikap dan asumsi anggota organisasi dan membangun komitmen untuk
misi atau tujuan organisasi”.
Menurut Burn, Kepemimpinan bukan
saja pemimpin yang memungkinkan terjadinya proses pertukaran dengan kemauan
atau keinginan para pengikutnya, atau pemimpin transaksional, apalagi bagi para
pengikutnya yang baru belajar, tetapi dalam proses selanjutnya perlu
pemimpinyang mengangkat dan mengarahkan pengikut ke arah yang benar k, ke arah
moralitas dan motivasi yang lebih tinggi atau sering disebut sebagai Pemimpin
Transformasional.
James MacGregor Burns, menyatakan
:
“But transformational leadership
ultimately becomes moral in that it raises the level of human conduct and
ethical aspiration of both leader and the led, and thus it has a transforming
effect on both”.
“Tapi kepemimpinan
transformasional pada akhirnya menjadi
moral dalam bahwa hal itu menimbulkan tingkah perilaku manusia dan aspirasi
etis dari keduapemimpin dan yang dipimpin, dan dengan demikian memiliki efek
transformasi pada keduanya”.
Menurut Burns kepemimpinan
tanspormasional adalah sebuah kepemimpinan yang melibatkan seluruh elemen
anggota organisasi/masyarakat dalam kepemimpinannya.
Dalam buku yang berjudul
“Improving Organisational effectivenes through trasformational leadership”,
Bass dan Avolio (1994) mengemukakan bahwa kepemimpinan tranformasional
mempunyai empat dimensi yang disebut sebagai “Defour I’s”.
·
Dimensi
pertama disebunya sebagai Idealize Influence (pengaruh ideal) digambarkan
sebagai perilaku pemimpin yang membuat para pengikutnya mengagumi, menghormati
dan sekaligus memprcayainya.
·
Dimensi kedua
disebut sebgai Infirational motivations (motifasi insfirasi). Pemimpin
transformasional digambarkan sebagai pemimpin yang mampu mengartikulasikan
pengharapan yang jelas terhadap prestasi bawahan, mendemonstrasikan komitmennya
terhadap seluruh tujuan organisasi dan mampu menggugah spirit tim dalam organisasi melalui penumbuhan
antusiasme dan optimisme.
·
Dimensi tiga
disebut sebagai Intellectual Stimulation (stimulasi intelektual). Pemimpin
transformasional harus mampu menumbuhkan ide-ide baru, memberikan solusi yang
kreatif terhadap permasalahan-permasalahan yang dihadapi bawahan, dan
memberikan motivasi kepada bawahan untuk mecari pendekatan-pendekatan yang baru
dalam melaksanakan tugas-tugas organisasi.
·
Dimensi
keempat disebut sebagai Individualize Consideration (considerasi individu).
Pemimpin transformasional digambarkan sebagai seorang pemimpin yang mau
mendengarkan dengan penuh perhatian masukan-masukan bawahan dan secara khusus
mau memperhatikan kebutuhan-kebutuhan bawahan akan pengembangan karir.
DAFTAR PUSTAKA
Ruliana, Poppy. (2014). KOMUNIKASI ORGANISASI. Jakarta : Rajawali Pers.